Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan tingkat risiko kredit dan rasio
utang Indonesia lebih rendah dibandingkan negara sepadan. Sehingga Indonesia
terhindar dari risiko ambruk.
Diketahui, rasio utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),
berdasarkan proyeksi IMF pada April 2022 mencapai 42,71% untuk keseluruhan
tahun 2022.
"Risiko kredit Indonesia dianggap manageable karena eksposur utang
pemerintah yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara maju dan
berkembang yang ada di ASEAN maupun negara peer G20," jelas Sri Mulyani
dalam konferensi pers, Rabu (27/6/2022).
Rasio utang Indonesia yang mencapai 42,71% terhadap PDB lebih rendah
dibandingkan negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang mencapai 125,58%,
Jerman 70,87%, Prancis 112,58%, Inggris 87,83%, Jepang 262,54%, dan Korea
Selatan 52,04%.
Begitu pula bila dibandingkan dengan negara-negara peers di ASEAN, seperti
Malaysia yang sebesar 69,25%, Thailand 62,68%, Filipina 60,04%. Serta bila
dibandingkan dengan negara peers di G20 seperti Brasil yang sebesar 91,89%,
China 77,84%, dan India 86,90%.
Credit
Default Swap RI 5 Tahun Turun
Sri Mulyani juga menyebut bahwa credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia
mengalami tren penurunan, menjadi berada di posisi 117 per tanggal 27 Juli
2022.
Posisi tersebut lebih baik setelah sempat menyentuh level tertinggi pada level
160,45 pada 14 Juli 2022.
CDS (Credit Default Swap) adalah kontrak swap dimana pembeli melakukan
pembayaran ke penjual, dan sebagai imbalannya menerima hak untuk memperoleh
pembayaran bila kredit mengalami default atau kejadian lain yang tercantum
dalam credit event. Misalnya kebangkrutan atau restrukturisasi.
Semakin rendah tingkat CDS menunjukkan ekspektasi risiko investasi yang semakin
rendah juga pada instrumen surat utang suatu negara.
Sri Mulyani mengakui, bila dibandingkan CDS 5 tahun Indonesia pada Januari 2022
yang sebesar 74,63 memang saat ini mengalami kenaikan. Namun, posisi Indonesia
saat ini tetap jauh lebih rendah atau 100 bps di bawah negara peers seperti
China, India, Brasil, Meksiko, Afrika Selatan, Malaysia, Filipina, dan Turki.
"CDS 5 tahun karena eksposur utang Indonesia, terutama pemerintah jauh
lebih rendah dibanding peers," ujarnya.
Secara keseluruhan, kata Sri Mulyani dengan kondisi tingkat risiko kredit dan
rasio utang yang lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lainnya, maka posisi
Indonesia relatif lebih aman ketimbang beberapa negara lain.
"Jadi, ini adalah posisi Indonesia yang akan tetap kita jaga dalam kondisi
risiko yang sekarang bergeser dari ancaman karena pandemi Covid-19 menjadi
ancaman ekonomi dan keuangan global, serta krisis pangan dan energi,"
jelas Sri Mulyani.
0 Komentar