Recent in Technology

POLITIK IDENTITAS TAKKAN PERNAH HILANG DARI ANIES BASWEDAN

                                


 

POLITIK IDENTITAS TAKKAN PERNAH HILANG DARI ANIES BASWEDAN

 

Baru saja bergabung menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Pakar komunikasi politik sekaligus pegiat media sosial Ade Armando langsung mengkritik bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan yaitu Anies Baswedan.

 

Ade Armando menyayangkan, Anies sebagai bacapres justru berulang kali menyebut politik identitas sebagai sesuatu yang normal. Padahal, belajar dari Pemilu 2019 lalu, politik identitas menyebabkan polarisasi besar di tengah masyarakat.

 

"Kalau Anies masih maju, pasti ada (politik identitas). Kan dia sudah berulang kali bilang politik identitas itu boleh. Normal dia bilang. Nggak ada yang harus disalahkan," ujar Ade kepada wartawan, Rabu 12 April 2023.

 

Menurutnya, jika Anies maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang, politik identitas berpotensi kembali dipakai untuk menggaet elektoral.

 

"Pertanyaannya hanya satu, Aniesnya akan maju gak? Kalau Anies maju pasti ada politik identitas, gak mungkin gak ada," katanya.

 

Pembawa acara saluran YouTube, CokroTV ini menyayangkan politik identitas diwajarkan oleh tokoh seperti Anies yang bergelar seorang doktor.

 

"Terus dia komentar dimana gitu baru-baru ini yang dia bilang politik identitas itu sesuatu yang normal. Ya tentu saja mengherankan, seorang doktor bisa menyangka politik identitas itu artinya identitas, bukan politiknya, bahwa ada laki-perempuan, kalau ada laki perempuan bertarung pasti identitas keperempuanannya akan digunakan," katanya.

 

Sebelumnya, Anies mengatakan kalau politik identitas tidak bisa terhindarkan. Mengingat setiap calon punya identitas pada dirinya yang selalu melekat.

 

"Politik identitas itu adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Misalnya calon yang bersaing adalah laki-laki dan perempuan, maka di situ ada identitas gender," kata Anies.

 

Termasuk yang banyak dikait-kaitkan pada saat dirinya ikut di Pilkada DKI Jakarta 2017. Menurutnya, karena ketika itu ada perbedaan agama antar calon. Yakni dirinya dengan patahana yakni Basuki Tjahaja Purnama atau BTP (Ahok).

 

"Yang terjadi pada 2017, calon yang bersaing agamanya berbeda. Maka identitasnya yang terlihat adalah agama. Itu akan terus terjadi selama calonnya punya identitas berbeda, baik gender, suku, maupun agama," katanya.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement