AKIBAT JADI KETUM PARTAI DARI JALUR AYAH,
BUKAN JALUR PRESTASI, AHY LUCU!
Pidato Agus
Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Senin pagi 3 April, mempertontonkan kepanikan
yang luar biasa. Terlihat nyata rasa takut kehilangan segala-galanya sangat
menghantui sulung SBY ini. Dapat disimak dari bahasa tubuh, ungkapan dan
pilihan narasi AHY yang berseliweran tak beraturan.
Hal itu
dikatakan Lawyer dan Pengamat Politik, Saiful Huda Ems (SHE) dalam pers
rilisnya, Senin (3/4/2023) di Jakarta. Kata Saiful Huda, AHY Mengaitkan satu
dengan yang lain yang tidak ada hubungannya sama sekali. Seakan dia ingin
mengatakan, 'tolonglah saya wahai teman teman koalisi, gangguan ini sungguh
sangat berat'.
"Dia
lupa bahwa yang dilakukan pejuang PD KLB adalah satu hal yang sangat wajar,
yaitu PK. PK adalah satu upaya hukum yang diatur oleh konstitusi Indonesia
dalam mendapatkan kepastian hukum yang berkeadilan dan bermanfaat. Apa yang
salah dengan PK?" ujarnya.
Ia
menegaskan bahwa Partai Demokrat hasil Kongres Luar Biasa (PD KLB) tidak akan
pernah membiarkan tirani Cikeas ini dengan semena-mena membegal Partai Demokrat
untuk mereka kuasai.
"Lucu
sekali kedengarannya ketika Ketua Umum Partai Demokrat versi Cikeas pimpinan
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengatakan Peninjauan Kembali (PK) yang
diajukan oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Demokrat pimpinan Jenderal TNI
(Purn.) Moeldoko bersama Johni Allen Marbun merupakan upaya intervensi politik
Kepala Staf Kantor Presiden (KSP) Moeldoko di ranah yudikatif," tegasnya.
"Lebih
lucunya lagi ketika AHY menganggap upaya hukum PK itu merupakan upaya
penggagalan pencapresan Anies Baswedan, serta upaya untuk menggagalkan Koalisi
Perubahan yang digagas Partai Demokrat bersama NasDem dan PKS," tambahnya
yang juga mejabat sebagai Kepala Departemen Komunikasi dan Informatika DPP
Partai Demokrat hasil KLB Pimpinan Jenderal TNI (Purn.) Dr. Moeldoko.
Masih
menurut Saiful Huda, pikiran kotor AHY, salah satu cara untuk menggagalkan
pencapresan Anies dan untuk membubarkan Koalisi Perubahan, adalah dengan cara
merebut atau mengambil alih Partai Demokrat karena menurutnya Partai Demokrat
merupakan salah satu kekuatan perubahan selama ini.
"Lucu
sekali bukan? Dasar politisi pemula yang baru mulai belajar bicara,"
ungkapnya.
Lebih jauh
kata Saiful Huda, PK tidak ada hubungannya sama sekali dengan KSP. Dia
menegaskan, persoalan Moeldoko menjadi Kepala KSP sekaligus menjadi Ketum
Partai Demokrat KLB, sepenuhnya adalah persoalan personal, bukan institusional (KSP).
"PK
yang diajukan oleh kubu Moeldoko juga bukan bentuk dari intervensi politik di
ranah yudikatif sebab PK itu upaya hukum yang dilindungi oleh Konstitusi atau
Undang-Undang. Memangnya kami mau menempuh cara yang selama ini dipakai oleh
Partai Demokrat pimpinan AHY, di mana setiap ada masalah internal partai harus
dikembalikan dan diproses oleh Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang tiada
lain yakni SBY, bapaknya si AHY sendiri," jelasnya.
Kemudian,
Saiful Huda mengatakan, masyarakat Indonesia harus diberikan pemahaman yang
utuh dan menyeluruh bahwa Tirani Cikeas bukanlah pendiri apalagi pemilik Partai
Demokrat. Merekalah aslinya pembegal yang merampas partai dari para pendirinya.
"AHY
memang anak kemarin sore yang lucu, baperan, dan mudah panik. Budaya lebay,
warisan yang mengalir tanpa filter. Masyarakat tertawa sembari menilai
bagaimana bisa AHY menyatakan PK Partai Demokrat KLB sudah diajukan yang keenam
belas kalinya? Memangnya ada PK yang diajukan sampai 16 kali? Mari kita semua
tertawa!" pungkasnya.
0 Komentar