Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis
pemerintah bisa menekan angka inflasi di bawah 5 persen. Hal itu bisa terwujud
dengan cara semua pihak di kementerian lembaga dan pemerintah daerah mau bekerja
sama dalam memitigasi dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Saya melihat dampak terhadap
inflasi ini diperkirakan nanti akan tambah 1,8 persen dan ini yang kita tidak
mau. Oleh sebab itu, saya minta kepada gubernur, bupati, wali kota agar daerah
bersama-sama dengan pusat bekerja bersama-sama, seperti saat kita bekerja
secara serentak dalam mengatasi COVID-19. Saya yakin, insyaallah ini bisa kita
lakukan sehingga inflasi di tahun ini kita harapkan bisa dikendalikan di bawah
5 (persen)," kata Jokowi dalam pengarahan kepada kepala daerah
se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Selasa (12/9/2022).
Menurut Jokowi, upaya menjaga inflasi di
bawah 5 persen bisa dilakukan jika pemerintah daerah mengikuti surat edaran
serta peraturan menteri keuangan tentang penggunaan dana transfer umum. Aturan
tersebut yaitu dana alokasi umum dan dana bagi hasil sebesar 2 persen digunakan
sebagai untuk menindaklanjuti imbas penyesuaian harga BBM.
Jokowi menuturkan pemda bisa memberikan
bantuan sosial kepada para nelayan. Selain bansos, pemda juga menggunakan
alokasi anggaran belanja tidak terduga untuk subsidi inflasi.
Mantan Walikota Solo itu mencontohkan
alokasi dana tersebut bisa digunakan untuk membayar biaya transportasi pangan.
Misalnya, pemerintah menanggung biaya transportasi sebesar Rp3 juta saat
pengiriman bawang merah atau bawang putih dari Brebes ke Lampung dengan
menggunakan dana belanja tidak terduga.
"Kalau itu semua daerah melakukan,
ini kita akan bisa menahan inflasi agar tidak naik," bebernya.
Tidak hanya itu, Jokowi pun membolehkan
dana belanja tidak terduga untuk bantuan sosial kenaikan BBM. Jokowi
menuturkan, 2 persen dana transfer umum masih ada sekitar Rp2,17 triliun dan
pemerintah masih ada dana belanja tidak terduga sebesar Rp16,4 triliun yang
baru digunakan Rp6,5 triliun. Karena itu, dana tersebut masih kecil dan bisa
digunakan dalam rentang waktu Oktober-Desember 2022.
Sementara itu, Jokowi mengakui pernah
menggunakan metode tersebut saat menjadi Walikota Solo. Kala itu, inflasi Solo
berhasil turun hingga 1,2 (persen). Jokowi pun mendapatkan hadiah dari
Kementerian Keuangan sebesar Rp10 miliar dalam bentuk dana insentif daerah
(DID).
"Artinya, ini bisa dilakukan, ini
bisa kita lakukan. Tetapi, memang kita kerja lebih detail. Karena apa? Sekarang
ini yang ditakuti oleh semua negara, ditakuti oleh semua negara adalah kenaikan
harga barang dan jasa. Inflasi, itu yang paling ditakuti," pungkasnya.
0 Komentar