Recent in Technology

GANJAR BERJALAN SEIRAMA DENGAN PANCASILA

                            


 

GANJAR BERJALAN SEIRAMA DENGAN PANCASILA

 

Ganjar adalah satu-satunya kepala daerah yang menegaskan sikap, terhadap orang-orang yang bertentangan dengan Pancasila. Siapa pun mereka yang menganut paham radikal, harus disadarkan dengan kekuatan Pancasila.

 

Sejarah membentuk nilai dan kandungan Pancasila agar menjadi prinsip, dalam menjalankan kehidupan di Negara Kesatuan Rakyat Indonesia. Ir. Soekarno dan tokoh lain sudah merumuskan Pancasila menjadi dasar negara, dengan berbagai pertimbangan dan saran.

 

Sejarahnya tidak singkat, bahkan bisa dikatakan relatif lama. Mengingat begitu pentingnya dasar negara ini setelah kemerdekaan diproklamasikan, maka sampai harus melibatkan banyak tokoh nasional untuk memusyawarahkannya.

 

Tak berhenti di situ, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dikerahkan untuk pembentukan dasar negara Indonesia.

 

Dalam proses yang digelar untuk memutuskan dasar negara inilah, tiga tokoh mengusulkan nilai sekaligus point-pointnya. Mereka adalah Ir. Soekarno, Soepomo, dan Mohamad Yamin. Dari seruan ketiganyalah menjadi Pancasila yang termaktub pada Pembukaan UUD 1945. Simbolnya terpahat dalam lambang negara Garuda, hingga kami para rakyat Indonesia menyebut sosok mereka sebagai Garuda Pancasila.

 

Sepanjang sejarah, sepanjang itu pula Ganjar akan mengamalkannya sebagai rakyat dan pemimpin di negara ini. Mulai dari sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Konstitusi sudah menetapkan agama dan keyakinan yang diakui negara, maka sebaiknya kita saling menghargai pilihan masing-masing.

 

Tidak perlu menunjukkan keyakinan siapa yang benar, karena kebebasan beragama adalah hak setiap rakyat Indonesia. Kita semua benar dengan versi masing-masing. Ganjar sudah selalu menggambarkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari berbagi kasih, dan tawa kebahagiaan di hari besar mereka.

 

Untuk memupuk tenggang rasa, Gubernur dua periode itu kerap menggelar diskusi kebangsaan dan berbagi bersama dengan menghadirkan perwakilan pemuka agama di Jateng. Dengan begitu kerukunan antar agama pun tercipta.

 

Pengamalan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Ganjar adalah pemimpin yang memanusiakan manusia. Siapapun warganya, semua ditolong. Tak pernah pilah-pilah, yang sehat ataupun sedang sakit, rakyat kecil khususnya yang sangat membutuhkan uluran tangannya.

 

Pangan dan papan yang menjadi kebutuhan pokok manusia, menjadi prioritasnya. Ketahanan pangan ia push massif. Inflasi yang terjadi, terus ia tekan agar warganya bisa menikmati suapan nasi beserta lauk-pauknya.

 

Papan yang menjadi tempat berlindung, ia galakkan dengan bantuan dari beberapa sumber dana yang digalang bersama kawan sejawatnya. Alhasil sebanyak satu juta lebih rumah warga Jateng berhasil dibantu Ganjar.

 

Lalu bagaimana penerapan sila ketiga, persatuan Indonesia? Banyaknya keragaman yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, membuat Ganjar memunculkan kekuatan untuk mempersatukan tanpa membandingkan satu sama lain.

 

Ganjar sudah menerapkannya dengan perbaikan budaya, yang ada dari suku-suku di Indonesia. Dengan usaha dan upayanya, Jateng menjadi tuan rumah dalam berbagai acara seni budaya dari raja hingga ketua suku di negeri ini.

 

Bukan berarti dengan begitu Jateng jarang menjumpai permasalahan. Provinsi padat penduduk ini memiliki keragaman ragamnya.

 

Tapi mereka memiliki pemimpin sesolutif Ganjar, yang selalu menjunjung tinggi komunikasi, diskusi maupun musyawarah dalam penyelesaian setiap masalah. Tak hanya ketika ada masalah, musyawarah juga selalu dilakukan Ganjar dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

 

Seperti pengadaan listrik di Karimun Jawa, atau yang terbaru aktivasi stasiun Purworejo setelah lama ditutup. Di sanalah pengamalan sila keempat berjalan, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan.

 

Dan terakhir, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adil tidak selalu sama, kawan. Seperti yang pernah dilontarkan Ganjar, bahwa semua akan mudah dengan gotong royong. Yang punya banyak memberi lebih, yang tidak punya bantulah semampunya. Demikian kepemimpinannya, mencoba adil pada setiap warganya.

 

Dari kisah cinta tanah air dua anak negeri di atas, saya selalu berharap kita juga bisa menjadi bagian dari kebanggaan negara ini. Memberikan kontribusi apapun bentuknya, untuk mengukir rasa nasionalisme kita terhadap bumi pertiwi.

 

Bukan hanya sekarang tapi juga esok, harapan dan doa terpanjat agar negara ini maju dengan gotong royong warganya. Seperti halnya Intan yang bercita-cita menjadi pengrajin spesialis burung Garuda. Begitu pula dengan Ganjar menjadi pemimpin negeri ini yang memegang teguh Pancasila, dalam kehidupan rakyat demi meraih cita-cita bangsa.

 

Tanggal 1 Juni 2023 ini, saya ingin mengucapkan selamat hari Pancasila. Semoga dengan kisah yang kuceritakan tadi, kita selalu menjadi bagian kebanggaan negeri ini dengan kemampuan dan kapasitas kita masing-masing. Tentunya dengan mengamalkan Pancasila, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement