Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka
opsi melakukan impor minyak dari berbagai negara, termasuk Rusia, di tengah
lonjakan harga minyak global.
Jokowi mengaku saat ini tengah memantau
semua opsi, termasuk mengimpor minyak dari negara yang menjualnya dengan harga
yang lebih murah.
"Semua opsi selalu kami pantau. Jika
ada negara (dan) mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja,"
kata Jokowi, dikuti dari CNA, Senin (12/9).
Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengklaim Rusia sudah menawarkan Indonesia untuk
membeli minyak dari negara mereka dengan harga lebih murah 30 persen
dibandingkan harga pasar internasional. Hal itu membuat Jokowi tertarik untuk
mengimpor minyak dari Negeri Beruang Merah.
"Rusia nawarin ke kita, eh lu mau
nggak India sudah ambil nih minyak kita harganya 30 persen lebih murah daripada
harga pasar internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil ga?
Ambil. Pak Jokowi pikir yang sama, ambil," papar Sandi di akun
Instagram-nya @sandiuno, Sabtu (20/8).
Namun, Sandiaga mengakui beberapa pihak
masih ragu untuk mengimpor minyak dari Rusia karena takut diembargo oleh
Amerika Serikat (AS). Maklum, setiap pengiriman dolar AS harus dikontrol oleh
Negeri Paman Sam.
"Memang tantangannya karena barat
(AS) ini kan mau bagaimana pun juga mereka kontrol teknologi, payment. Setiap
pengiriman dolar AS harus lewat New York," jelas Sandiaga.
Sandiaga menjelaskan kalau bank di
Indonesia dikeluarkan dari Society for Worldwide Interbank Financial
Telecommunications (SWIFT), maka bank asal RI tak bisa mengirim dolar AS.
"Kata Rusia tidak perlu takut,
bayar pakai rubel saja. Konversi rupiah ke rubel, nah ini teman-teman di sektor
keuangan lagi menghitung," kata Sandiaga.
SWIFT merupakan sistem yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan dunia, sehingga bank dapat mengirim dan menerima pesan transaksi dengan cepat dan aman. Dengan SWIFT, transaksi keuangan saat ini dapat dilakukan antar negara bahkan antar benua.
0 Komentar