Pemerintah berencana menambah daftar
komoditas tambang yang akan masuk larangan ekspor mentah. Hal itu disampaikan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Sarasehan 100 Ekonom Indoesia 2022
di Jakarta.
Sebelumnya, Jokowi telah menutup keran
ekspor mentah nikel sejak 3 tahun lalu. Sebagai upaya realisasi dan memacu
hilirisasi berbasis sumber daya alam (SDA) di dalam negeri.
"Tahun ini, stop (ekspor) timah.
Tahun depan bauksit, ke depannya lagi, tembaga. Tiga tahun lalu, kita stop
nikel, kita bangun industrinya di dalam negeri dan mulai terlihat
hasilnya" kata Jokowi dikutip Senin (12/9/2022).
Dia memaparkan, nilai ekspor nikel
Indonesia terbilang kecil, sekitar US$ 1,1 miliar karena hanya berupa nikel
mentah. Dengan hilirisasi, nikel memiliki nilai tambah hingga mendongkrak nilai
ekspor hingga 19 kali lipat menjadi US$ 20,9 miliar tahun 2021.
Jokowi memang berulang kali menegaskan
agar hilirisasi sumber daya alam terus dipacu. Meski, dia mengakui, kebijakan
tersebut akan mendapatkan penolakan keras dari negara-negara tetangga maupun
sahabat yang selama ini membutuhkan komoditas sumber daya alam Indonesia.
"Musuhnya memang negara maju yang
biasa barang itu kita kirim ke sana. Ngamuk semuanya. Nikel kita sudah di bawa
ke WTO. Sudah. Enggak apa-apa, kita hadapi," kata Jokowi pernah dalam
suatu kesempatan.
Senada, Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Erick Thohir mengungkapkan kisah saat Presiden Jokowi 'dimusuhi' banyak
negara akibat sikapnya itu.
Awal cerita, saat Jokowi menghadiri
pertemuan G-20 di Roma, Italia akhir tahun lalu.
Saat itu, Jokowi disodori rencana kerja
sama rantai pasok global. Dia pun mengaku sempat tergiur mengikuti perjanjian
itu.
Disebutkan, sudah ada 16 negara yang
sudah berkumpul menandatangani kesepakatan global supply chain itu.
Namun Jokowi lalu berubah pikiran
setelah membaca detail rencana kerja sama tersebut.
Jokowi memutuskan untuk menarik diri
dari perjanjian tersebut. Pasalnya, dalam kesepakatan ada klausul yang
mengharuskan Indonesia terus mengekspor bahan mentah.
"Begitu baca, masuk ke ruangan,
ndak, ndak, ndak. Ndak, kita nggak ikut. Semua bubar, enggak jadi. Hanya
gara-gara kita enggak mau tanda tangan, semua jadi buyar lagi, karena saya tahu
sebenarnya yang diincar hanya kita saja," tegasnya.
Jokowi mengatakan, dibutuhkan keberanian
dalam mengambil suatu kebijakan. Apalagi menurutnya, posisi Indonesia dalam hal
memiliki peran yang cukup besar.
"Di WTO kalah, ya enggak apa-apa.
Tapi kalau enggak berani coba, kapan kita akan lakukan hilirisasi. Kapan kita
setop kirim raw material. Sampai kapanpun kita hanya jadi negara pengekspor
bahan mentah," kata Jokowi.
0 Komentar