Presiden
Joko Widodo alias Jokowi mengingatkan para menteri untuk mengantisipasi ancaman
krisis energi. Krisis ini ditandai dengan kenaikan harga minyak dan gas di
hampir semua negara.
“Di semua
negara, gas sampai harganya lima kali lipat, bensin naik dua kali lipat. Inilah
kesulitan-kesulitan yang dialami oleh hampir semua negara, tidak negara kecil,
tidak negara besar, tidak negara kaya, tidak negara miskin, semuanya mengalami
hal yang sama," ujarnya dalam acara zikir dan doa kebangsaan 77 Tahun
Indonesia Merdeka, Senin, 1 Agustus 2022.
Meroketnya
harga minyak dan gas, kata Jokowi, mendorong pelbagai negara mengalami
kesulitan keuangan. Bahkan sejumlah negara di dunia tak kuat menghadapi krisis
hingga akhirnya ambruk lantaran tak kuat membeli energi dan pangan.
Sementara
itu di Indonesia, ia menyebut pemerintah terus menjaga stabilisasi harga dengan
mengucurkan subsidi. Pada 2022, pemerintah meningkatkan biaya subsidi bahan
bakar minyak (BBM) sampai Rp 502 triliun. Subsidi itu membengkak dari
sebelumnya Rp 170 triliun.
“Negara mana
pun enggak akan kuat menyangga subsidi sebesar itu, tapi sekali lagi,
alhamdulillah kita masih kuat menahannya sampai sekarang ini. Ini yang patut
kita syukuri bersama-sama," kata Jokowi.
Sementara
itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah akan terus
menjaga daya tahan ekonomi Indonesia menggunakan APBN melalui berbagai
instrumen yang dimiliki. Termasuk, memperkuat subsidi energi.
“Belanja
negara terutama subsidi dan kompensasi yang menjadi shock up sober dari gejolak
harga-harga global terutama di bidang pangan dan energi,” kata dia.
Mantan Bos
Bank Dunia ini melanjutkan, pemerintah juga akan terus mengendalikan inflasi
dan melindungi daya beli masyakarat serta mejaga momentum pemulihan ekonomi.
Pada saat yang sama, perbaikan kondisi APBN ditujukan untuk terus menjaga
kesehatan dan keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah panjang.
Selain itu,
pemerintah bakal menjaga stabilisasi pasar surat berharga negara dengan menjaga
disiplin APBN. “Dan menjaga kredibilitas APBN dan dengan menerapkan strategi
pembiayaan yang fleksibel oportunis namun tetap hati-hati,” ujar Sri Mulyani.
0 Komentar