DI UJUNG JABATAN, INDONESIA BAKAL PUNYA PABRIK
TEMBAGA RAKSASA DARI JOKOWI
Di ujung
periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia diketahui bakal
memiliki dua pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga. Dua smelter
tersebut diantaranya dimiliki oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) dan PT
Freeport Indonesia (PTFI).
Presiden
Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menilai produksi katoda
tembaga di dalam negeri diperkirakan akan berlebih. Hal tersebut menyusul
dengan beroperasinya dua smelter tembaga baru tersebut.
"Paling
tidak dua smelter baru tembaga yaitu yang sedang dibangun PTFI dan satu lagi
oleh Amman Mineral. Dan ini apabila kami selesai dan mulai produksi katoda
tembaga mungkin ada tambahan sekitar 800 ribu ton katoda tembaga," kata
Tony kepada CNBC Indonesia dalam acara Mining Zone, dikutip Rabu (28/12/2022).
Oleh sebab
itu, ia berharap industri di dalam negeri dapat menyerap kelebihan pasokan
katoda tembaga dengan beroperasinya proyek smelter baru. Dengan begitu, maka
katoda tembaga dapat sepenuhnya dimanfaatkan untuk kebutuhan industri dalam
negeri. "Ini kan sangat disayangkan kalau seandainya katoda tembaga
tersebut harus diekspor. Jadi diharapkan industri yang lebih hilir lagi bisa
muncul di Indonesia," ujarnya.
Ia pun
mendorong agar katoda tembaga dapat diolah menjadi produk yang lebih hilir lagi
oleh industri end user. Sehingga hal tersebut dapat menarik minat para investor
untuk membangun industri-industri turunan lainnya di Indonesia.
"Ada
banyak lah turunan tembaga itu yang bisa dibangun di Indonesia, tentu saja kami
saya juga di Kadin bidang investasi bekerja sama dengan Kementerian Investasi
berusaha untuk promote untuk investasi asing masuk ke Indonesia untuk produk
yang lebih hilir lagi karena raw material untuk produk itu sudah akan tersedia
di Indonesia," ujarnya.
Seperti
diketahui, dunia kini tengah berlomba-lomba menggunakan kendaraan listrik
sebagai salah satu upaya mengurangi emisi karbon. Pasalnya, penggunaan
kendaraan listrik bisa menekan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
dianggap tidak ramah lingkungan.
Menurut
Tony, permintaan tembaga dunia pun akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya permintaan kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV).
Tak hanya
kendaraan listrik, permintaan tembaga dunia juga akan ikut terkerek naik karena
tren pengembangan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).
Terlebih, 70% kebutuhan tembaga dunia untuk menghantarkan listrik.
"Kalau
dilihat dari demand-nya tembaga ini di dunia 70% (tembaga) dibutuhkan untuk
menghantarkan listrik. Dan sekarang ini ada begitu banyak perusahaan, begitu
banyak investor yang sedang membangun listrik yang dihasilkan dari energi baru
dan terbarukan," ungkap Tony.
Tony juga
mencontohkan bahwa untuk satu mobil listrik yang diproduksi akan membutuhkan
hingga empat kali lipat ton tembaga lebih banyak dari mobil konvensional.
Sedangkan untuk kelistrikan, dia menyebut, setiap 1 Mega Watt (MW) solar panel
atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan membutuhkan tembaga sebesar 4
ton.
"Setiap
Mega Watt wind farm (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin) itu kan akan
membutuhkan 1,5 ton tembaga, setiap 1 Mega Watt solar panel akan membutuhkan 4
ton tembaga, satu mobil listrik akan butuh 4 kali lipat tembaga lebih banyak
dari mobil biasa," paparnya.
Oleh karena
itu, Tony berharap industri hilir dari tembaga di dalam negeri akan semakin
berkembang.
0 Komentar