Recent in Technology

ANIES BASWEDAN DAN CAPRES BONEKA BISA DIGANTI JIKA TAK LAGI BERGUNA

                


 

ANIES BASWEDAN DAN CAPRES BONEKA

BISA DIGANTI JIKA TAK LAGI BERGUNA

 

nies Baswedan adalah nama yang begitu menarik perhatian publik, sejak namanya mulai muncul dikenal publik pada periode pertama pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Mengisi jabatan sebagai rektor di Universitas Paramadina, dengan program Indonesia Mengajar yang sempat membuat publik terpesona, jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) pun dipercayakan kepadanya.

 

Mungkin posisi Mendikbud sebagai "tes kompetensi" jika tidak bisa dibilang balas budi karena jasanya di tim sukses Jokowi-JK pada masa itu. Meski kita sama-sama tahu bahwa usia jabatan Anies sebagai Mendikbud hanya seumur jagung, dalam arti sebenarnya, karena memang ditengarai orang ini kurang kompeten dalam bekerja.

 

Kalau mau dibandingkan sama masa jabatan Nadiem Makarim, eks juragan aplikasi berbasis daring, secara head to head penilaian kinerja mereka malah masih unggul Nadiem daripada Anies. Paham kan artinya apa?

 

Waktu terus berlanjut sampai masa Pilkada DKI Jakarta 2017 tiba. Jakarta kudu menentukan gubernur untuk lima tahun berikutnya setelah era Jokowi yang diteruskan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Duet yang tidak hanya menggemparkan publik Ibu Kota tetapi hingga memantik reaksi secara nasional karena kinerja dan sepak terjang mereka sukses bikin kelimpungan banyak pihak yang tidak menyukai cara kerja mereka, meskipun sangat bagus, transparan, profesional, dan berani.

 

Kita pun tahu apa yang terjadi pada masa itu. Anies yang dipasangkan dengan Sandiaga Uno, secara jitu berhasil menerapkan strategi yang "tidak biasa" lewat praktik kampanye yang lantas dikenal sebagai "politik ayat dan mayat" hingga tega menyingkirkan lawan politknya ke penjara, sebelum akhirnya duduk di kursi empuk sebagai Gubernur DKI Jakarta sampai hari ini.

 

Selama menjabat, praktis tidak banyak karya yang terlihat nyata berdampak pada mayoritas warga DKI Jakarta, meski dirinya (juga pendukungnya) mengklaim sosok Anies Baswedan punya sederet penghargaan selama memimpin Jakarta. Maklum, jauh lebih banyak program unfaedah juga sisi kontroversial terkait penggunaan anggaran, juga cara-cara liciknya dalam mengamankan posisi sehingga tak jarang muncul tudingan bahwa Anies seperti "untouchable person" dari jeratan hukum.

 

Bahkan saat program Formula E diwarnai dengan penebangan pepohonan di kawasan Monas yang sudah melampaui wewenangnya sebagai Gubernur DKI Jakarta, yang berani mengobok-obok kawasan milik negara, tapi sampai kini tidak terdengar ada persidangan yang harus dihadapi Anies terkait kasus tersebut. Begitu pula dengan nasib pepohonan itu, yang sekadar diuangkan atau dijadikan furniture, juga belum ada berita yang valid pernah tayang di berbagai media. Apa iya diikhlaskan begitu saja, hanya karena Pemprov DKI Jakarta yang menebang atas nama Anies Baswedan?

 

Mana WALHI yang biasanya ribut dan galak soal perkara beginian? Mana KPK yang mustahil nggak tahu soal berita itu, yang kalau semisal punya niat juga bisa menyelidik langsung buat mengetahui kondisi riil di lapangan? Monas belum pindah dari lokasi yang biasanya, kan?

 

Akhirnya, proyek Formula yang belum sebulan digarap sirkuitnya mendadak dikabarnya dananya membengkak minimal Rp 10 miliar rupiah. Kondisi in kan sejak awal sudah diperingatkan oleh banyak pihak yang paham konstruksi, bahwa Rp 50 miliar nggak akan cukup buat bikin sirkuit, karena dana yang diperlukan minimal 4 hingga 6 kali lipatnya, belum kalau bahan bakunya naik.

 

Sekalipun kontraktornya konco dewe tapi bukan berarti proses pembuatan sirkuit bisa dibikin proyek main mata kan? Maksudnya, kalau semisal butuh dana tambahan, bisa tinggal sret, sreet ... trus uang langsung cair sebanyak apa pun diperlukan. Masa' yang begini KPK masih berpangku tangan alias nggak melakukan apa-apa sih.

 

Bagaimana dengan berkas yang dibawa oleh Ketua DPRD DKI Jakarta? Masa' belum selesai membaca dan tidak ada alasan buat setidaknya melakukan rencana pemanggilan dalam waktu dekat, melibatkan pihak-pihak yang diduga terlibat dalam proyek Formula E, yang mungkin saja mengarah pada pelanggaran hukum?

 

Daan... semua itu juga rupanya masih belum cukup menggoyahkan citra bahwa sosok Anies menjadi salah satu kandidat yang dianggap layak buat diusung pada Pilpres 2024, yang tergambar dari hasil survei selama beberapa waktu itu.

 

Apakah mereka nggak peduli dengan semua fakta yang seharusnya lebih dari cukup menyatakan rekam jejak Anies terbilang buram dan tidak pantas dicalonkan menjadi Cawapres atau Capres sampao kapan pun? Bisa jadi, kalau mereka silau dengan "sosok personal" dari Mendikbud pecatan ini.

 

Atau mungkin ... jangan-jangan yang bersangkutan malah tidak menyadari posisinya hanya seperti sosok boneka, yang dipakai demi kepentingan si pemilik boneka dengan segala macam agendanya untuk negeri ini?

 

Jika mau mencermati rekam jejaknya sendiri, seharusnya dia punya lebih dari seratus alasan buat menyadari bahwa dirinya belum mampu untuk memimpin negeri seluas dan seplural Indonesia ini.

 

Jika memang begitu, sebaiknya Anies segera sadar diri sebelum terlambat, karena yang namanya boneka (mainan) kalau memang dianggap sudah tidak bisa dipakai lagi, ya otomatis akan dibuang dan digantikan boneka lain menurut pandangan dan kepentingan dari si pemilik boneka itu.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement