Recent in Technology

ANGKANYA BIKIN KAGET, SEGINI POTENSI UNTUNG NEGARA DARI PENAMBANGAN FREEPORT

                    


 

PT Freeport Indonesia (PTFI) merencanakan penambangan jangka panjang dengan potensi manfaat langsung bagi pemerintah sebesar US$ 80 miliar atau sekitar Rp 1.200 Triliun (kurs Rp15.000) pada 2041. Adapun dalam hal ini PTFI akan melanjutkan hilirisasi pertambangan, khususnya produk tembaga.

 

Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengungkapkan, PTFI yang sudah melakukan hilirisasi akan melanjutkan konsep hilirisasi tersebut.

 

"Sekarang 40% sudah diproduksi menjadi katoda tembaga, konsentratnya. Begitu smelter kedua ini selesai akan bisa 100% semuanya diolah di dalam negeri. Termasuk juga untuk pemurnian emas dan peraknya yang akan bisa dilakukan di dalam negeri," papar dia kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

 

Dia menjelaskan bahwa saat ini PTFI mampu memproses pengolahan bijih tembaga menjadi konsentrat tembaga dengan nilai tambah mencapai 95%. Kemudian dengan hilirisasi, nilai tambah katoda tembaga akan menjadi 100%.

 

"Jadi, proses pengolahan bijih tembaga menjadi konsentrat tembaga itu sudah mencapai nilai tambah 95%. Dengan dilakukan hilirisasi atau menjadi katoda tembaga itu bertambah lagi 5%. Tapi yang paling penting adalah lanjutan dari katoda tembaga," jelas Tony.

 

Seperti diketahui PTFI tengah membangun smelter kedua yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Gresik, Jawa Timur. Saat beroperasi nanti, smelter ini akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga yang akan menghasilkan sekitar 500 ribu ton katoda tembaga.

 

Selain itu, dari smelter ini juga akan menghasilkan 35-50 ton emas dan 100 hingga 150 ton perak per tahun. Dengan pembangunan smelter kedua tersebut, diharapkan produksi katoda bisa terus ditingkatkan dan bisa digunakan oleh industri hilir.

 

"Yang terpenting adalah lanjutan daripada katoda tembaga. Pabrik mobil listrik, kemudian pabrik baterai mobil listrik, dan juga renewable energy membutuhkan tembaga banyak sekali itu bisa lebih tumbuh di Indonesia. Dan dengan itu Indonesia bisa lebih meroket pertumbuhan ekonominya," tegas Tony.

 

Lebih lanjut, berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, hilirisasi industri terbukti berkontribusi besar dalam pertambahan nilai produk. Termasuk bijih nikel yang telah dilarang ekspornya sejak 1 Januari 2020.

 

Peningkatan nilai ekspor dari hasil produk pengolahan nikel pun meningkat tajam. Sehingga PTFI yang menerapkan penambangan tembaga memberikan manfaat ekonomi besar bagi penerimaan negara mencapai US$ 23,1 miliar sejak 1992 hingga 2021, baik pajak, dividen, hingga PNBP.

 

Sementara itu, menurut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia ekspor nikel mengalami peningkatan pada 2021 mencapai US$ 20,9 miliar dari sebelumnya US$ 3,3 miliar pada 2017.

 

"Pada 2017 ekspor nikel kita tercatat hanya US$ 3,3 miliar. Pada tahun 2021 ekspor kita dari komoditas hilirisasi nikel sudah mencapai US$ 20,9 miliar. Saya targetkan di 2022 bisa mencapai US$ 30 miliar," ungkap dia.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement