Presiden Joko Widodo (Jokowi)
mengungkapkan bahwa penerimaan pajak kini mencapai Rp 1.171 triliun atau tumbuh
58% (year on year/yoy). Sementara itu, realisasi pendapatan negara mencapai Rp
1.764 triliun atau tumbuh 49%.
“Ini yang para pembayar pajak saya ingin
mengucapkan terima kasih karena penerimaan pajak sampai sekarang mencapai Rp
1.171 triliun, tumbuh 58%. Artinya, pembayar pajak masih ada dan justru tumbuh
58%," kata Presiden Jokowi pada acara United Overseas Bank (UOB) Economic
Outlook 2023 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Adapun realisasi penerimaan pajak
senilai Rp 1.171 triliun sampai Agustus 2022 tersebut setara dengan 78,9% dari
target yang tertuang dalam Perpres No 98/2022, yaitu sebesar Rp 1.485 triliun.
Kinerja perpajakan ini telah melampaui realisasi sebelum pandemi Covid-19.
Pendapatan negara juga didorong oleh
penerimaan bea cukai sebesar Rp 206 triliun, tumbuh 30,5%. Selain itu,
realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga tumbuh 38,9% menjadi Rp 386
triliun.
"Artinya, masyarakat masih
konsisten dan memiliki kemampuan dalam hal tadi yang saya sampaikan,” tutur
Jokowi.
Dia juga mengatakan, optimisme konsumen
masih berada pada angka yang tinggi. Hal itu bisa dilihat dari Indeks
Kepercayaan Konsumen yang mencapai 124,7, naik dari angka pada bulan Juli yaitu
123.
"Kemudian juga ini yang berkaitan
dengan perbankan, kredit tumbuh 10,7%. Ini juga menurut saya cukup tinggi.
Neraca dagang kita juga surplus 28 bulan berturut-turut yang pada bulan kemarin
neraca kita surplus US$ 5,7 miliar. Ini gede banget loh angka ini
surplusnya," ungkapnya.
Indikator lainnya, lanjut Jokowi, yaitu
Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang terus menguat dan
berada pada angka 51,7 per Agustus 2022, di atas rata-rata global.
Dari berbagai indikator, Presiden Jokowi
memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 bisa berada di
atas pertumbuhan kuartal II yang mencapai 5,44%.
"Saya hanya ingin menumbuhkan
optimisme, jangan pesimistis. Memang yang kita hadapi ini bukan barang gampang,
bukan barang yang mudah, tetapi kita tetap harus optimistis. Kuartal II tumbuh
5,44%, kuartal III perkiraan saya ekonomi akan tumbuh di kuartal III ini 5,4%
sampai 6%," jelasnya.
Dengan demikian, pemulihan ekonomi
Indonesia relatif kuat dibandingkan negara-negara G20 lainnya. Di tengah
situasi dunia yang penuh ketidakpastian, berbagai indikator seperti realisasi
pendapatan negara yang didorong oleh tumbuhnya pendapatan pajak, angka
optimisme konsumen, hingga indeks manufaktur menunjukkan angka yang
menggembirakan.
“Negara kita, Indonesia kalau saya
lihat, pemulihan ekonominya relatif masih kuat,” ujar Jokowi.
0 Komentar